Mengapa Mahasiswa Selalu Ditugaskan Membuat Makalah? Cermati Alasan Ini!

Mumpung awal semester, Saya akan bagikan hal yang mungkin belum kita ketahui, yaitu tentang "Mengapa mahasiswa selalu membuat makalah".
Beberapa waktu yang lalu di dalam kelas Saya, ada mahasiswa bertanya:
Pak, setiap mata kuliah ditugaskan membuat makalah. Apa gak bisa dengan tugas lain?
Iya jugak ya.... 😀 Kenapa mereka harus membuat makalah terus?
Agak terlambat memang menjelaskan ini di tahun 2025. Tapi, pertanyaan ini masih muncul di kelas Saya, dan Saya kira perlu didudukkan terlebih dahulu persoalan ini.
Mari kita bahas.
Apa sih Makalah Itu?
Makalah pada dasarnya adalah tulisan ilmiah sederhana yang disusun untuk membahas suatu topik tertentu secara sistematis dan logis.
Disebut sederhana karena makalah biasanya masih berada pada level dasar dari karya tulis ilmiah, tidak serumit skripsi atau artikel jurnal.
Namun, meskipun sederhana, makalah tetap memiliki ciri utama yaitu berbasis kajian teori, sistematis, dan argumentatif.
Berbasis kajian teori maksudnya makalah itu tidak ditulis sembarangan, tetapi berangkat dari referensi, baik buku, jurnal, artikel ilmiah, maupun dokumen resmi yang relevan.
Sistematis, ada struktur yang harus dipenuhi, seperti pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Dengan struktur itu, makalah melatih mahasiswa untuk berpikir runtut dan tidak melompat-lompat dalam menuangkan gagasan.
Argumentatif, makalah tidak sekadar kumpulan informasi, melainkan berisi analisis dan pendapat penulis yang diperkuat dengan sumber-sumber ilmiah.
Untuk Apa Belajar Membuatnya?
Dalam perkuliahan, makalah sebenarnya menjadi jembatan latihan menulis akademik. Kalau dianalogikan, makalah itu seperti "latihan ringan" sebelum mahasiswa masuk ke "pertandingan besar" berupa skripsi atau penelitian yang lebih kompleks.
Gak percaya...?
Penelitian Quitadamo & Kurtz[1] mengungkapkannya. Bahwa penugasan menulis bukan hanya berbicara tentang output, tetapi sebagai proses pemikiran.
Dalam penelitiannya, mahasiswa yang menulis makalah mengalami peningkatan skor berpikir kritis secara nasional lebih signifikan dibanding yang tidak menulis. Lihat diagram ini:

Dengannya, mahasiswa harus mengorganisasi gagasan, menyusun argumen, membandingkan, menganalisis sumber, menarik kesimpulan.
Proses ini melatih inference (menarik kesimpulan), analisis informasi, evaluasi klaim. Bukankah itu baik?
Relefan Dengan Level dalam KKNI
Ini intinya. Anda sudah tahu tentang KKNI? Bila sudah, Saya yakin Anda akan melatih diri untuk memperkuat analisis kritis, ya salah satunya dengan "MAKALAH".
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menetapkan bahwa lulusan S1 berada pada level 6, dengan capaian utama berupa kemampuan menganalisis suatu permasalahan berdasarkan pengetahuan, teori, dan metode yang relevan.

Jika Anda ingin melihat detail tentang penjelasan KKNI itu, lihat disini.
Jika kita perhatikan, penugasan makalah sangat selaras dengan capaian level ini, karena:
- Makalah Melatih Analisis Teoritis
Mahasiswa dituntut untuk mencari, membaca, dan membandingkan berbagai referensi ilmiah. Proses ini membantu mereka mengasah kemampuan analisis terhadap teori maupun konsep yang ada.
- Makalah Mengembangkan Argumentasi Logis
KKNI level 6 juga menekankan kemampuan menyusun argumen berdasarkan data dan teori. Dalam makalah, mahasiswa tidak hanya merangkum, tetapi juga menilai, mengkritisi, dan menyimpulkan secara logis.
- Makalah sebagai Sarana Latihan Penelitian Mini
Walau sederhana, makalah sudah mengandung unsur metodologis: memilih topik, mengumpulkan literatur, membatasi masalah, dan menyajikan hasil pembahasan. Hal ini menyiapkan mahasiswa untuk capaian penelitian yang lebih kompleks di tingkat akhir (skripsi).
- Makalah Mengasah Soft Skills KKNI
Seperti keterampilan komunikasi ilmiah, etika akademik (mengutip sumber, anti-plagiasi), serta kemampuan bekerja sama bila makalah ditugaskan dalam kelompok.
INTINYA: Tugas makalah bukan sekadar rutinitas, melainkan instrumen pedagogis yang sangat relevan dengan KKNI level 6 (S1). Melalui makalah, mahasiswa benar-benar dilatih untuk berpikir analitis, logis, dan sistematis, yang merupakan core competencies di level ini.
Penutup
Jadi, ketika Dosen memberi tugas makalah, percayalah itu bukan sekadar formalitas. Itu adalah cara menempah Anda agar terbiasa berpikir kritis, logis, dan ilmiah. Suatu hari nanti, ketika Anda menulis skripsi atau menghadapi persoalan hidup yang lebih kompleks, Anda akan menyadari bahwa latihan kecil inilah yang membentuk ketangguhan intelektual Anda. Maka jangan anggap makalah sebagai beban, tapi sebagai investasi untuk masa depan Anda sebagai sarjana.
Referensi
- Quitadamo, I. J., & Kurtz, M. J. (2007). Learning to improve: Using writing to increase critical thinking performance in general education biology. CBE—Life Sciences Education, 6(2), 140–154. https://doi.org/10.1187/cbe.06-11-0203
Komentar