Jangan Bangun Skripsi dengan ChatGPT, Ini Alasannya!

Jangan bangun skripsi dengan ChatGPT. Ketahui alasannya dan cara cerdas memanfaatkannya tanpa kehilangan orisinalitas pikiran dan naskah ilmiah Anda.
Reza Noprial Lubis

Pernahkah Anda melihat Thumbnail di Video Youtube yang bertuliskan "Buat Skripsi pakai ChatGPT"?

Skripsi dengan ChatGPT

Wah, Anda telah dibohongi habis-habisan.

Parahnya lagi, banyak video tentang ini, ditonton lebih dari 10 ribu kali.

ChatGPT tidak dapat sepenuhnya menghasilkan kesan ilmiah pada Skripsi Anda. Berbagai tutorial itu, hanya sebatas mencari kunjungan, jumlah penonton, suka, dan tentunya UANG. Jangan tertipu.

Gak percaya? Biar saya tunjukkan bagaimana kejadiannya dibelakang layar.

Mengapa ChatGPT Tidak Cocok untuk Skripsi?

Anda sudah tahu tentang ChatGPT kan? Bagaimana dia menghasilkan konten paragraf demi paragraf, menghasilkan naskah sesuai dengan perintah, bahkan ia menghasilkan gambar dan data dalam bentuk tabel.

Namun Anda perlu tahu, bahwa ChatGPT mungkin dapat digunakan, tetapi tidak sepenuhnya bagus untuk Skripsi Anda, dan saya TIDAK MENYARANKAN!.

Saya mencatat alasan untuk ini. Mari kita teruskan.

Alasan #1. Kecenderungan Menggunakan Kalimat Pasif

Ini benar-benar menjadi sorotan Saya belakangan ini.

Sepanjang Saya menulis (terutama dalam menulis konten Blog), Saya menggunakan alat canggih untuk mengukur kualitas sebuah tulisan. Yang menarik adalah “Kalimat Pasif”.

Alat Yoast SEO misalnya, yang menggunakan analisis pengukuran untuk Kalimat Pasif. Mereka mengatakan bahwa kalimat pasif itu terlihat ketika subjek menerima tindakan, dan biasanya menghasilkan imbuhan "di-" atau "ter-". Misalnya: "dibaca" atau "diberikan".

Mereka merekomendasikan setidaknya 10% maksimal kalimat pasif dari naskah, dan itu masuk akal.

Kenyataannya: ChatGPT justru lebih sering menggunakan Kalimat Pasif.

Mengapa?

Anggapan Saya, bahwa ChatGPT berusaha untuk berlaku terhadap semua orang, lebih netral, dan dapat diandalkan untuk berbagai konteks. Hasilnya, kita menganggap bahwa itu adalah BAIK.

Saya sudah melakukan banyak percobaan untuk ChatGPT. Misalnya, saya mencoba perintah untuk menghasilkan bagian kecil dari Bab Metodologi dalam naskah penelitian:

“Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan responden. Instrumen penelitian disusun berdasarkan teori yang telah ada. Hasil wawancara kemudian dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif. Kesimpulan penelitian diperoleh setelah seluruh data diinterpretasikan secara menyeluruh.”

-Hasil ChatGPT

Paragraf ini banyak ditandai dengan kalimat pasif. Sebagai contoh: “Data penelitian dikumpulkan...”. yang menjadi subjek disini adalah Data, tetapi ia dijelaskan dalam menerima tindakan.

Itu sah-sah saja. Tetapi bila semua kalimat menggunakan kalimat pasif, bukankah itu membosankan? Justru, inilah yang menjadi ciri dari teks yang dihasilkan AI seperti ChatGPT.

Sebagai saran: akan lebih baik bila menggunakan kalimat aktif. Menyesuaikan hasil dari ChatGPT mungkin dapat dipertimbangkan dan sementara ini, itu adalah praktik terbaik dalam perkembangan AI belakangan ini. Jangan menelan mentah-mentah hasil yang diberikan mereka.

Alasan #2. Lebih Sering Menghasilkan List

Pernah melihat paragraf yang dipenuhi dengan listing? Bisa jadi, itu adalah hasil Generate AI. Mengapa?

Sepanjang percobaan, AI seperti ChatGPT lebih sering menghasilkan Listing (bullet atau poin-poin).

Makalah Penuh dengan Listing

Baru-baru ini, Saya melihat makalah mahasiswa yang justru lebih banyak menghasilkan List (poin-poin).

Makalah Penuh dengan Listing

Disinilah letak indikasinya.

Konten yang dibuat oleh manusia, umumnya menghindari list.

Alasannya: Membuat list itu tidak semudah menuangkan hasil pemikiran yang umumnya menghasilkan naratif.

Saya sendiri sepakat dengan statement itu, berdasarkan banyaknya percobaan yang dilakukan. Tulisan dalam bentuk penomoran, mungkin lebih mudah terbaca oleh manusia, dan mungkin inilah alasan alat AI seperti ChatGPT lebih mengutamakan hasil dengan list.

Jadi terang saja, ini tidak cocok untuk Skripsi Anda.

Alasan #3. Struktur Terorganisir, Namun Ringkas

Skripsi tentu saja membutuhkan struktur yang logis, terorganisir. Sampai disitu, sifat dari AI seperti ChatGPT mungkin bisa diterima.

Tetapi sepanjang percobaan, paragraf yang dihasilkan oleh AI mengandung teks yang lebih singkat.

Hasilnya, untuk menjelaskan satu topik terkadang hanya dibuat dalam 1 paragraf. Ini bukan khas ilmiah, yang membutuhkan pembahasan lebih mendalam.

Lakukan Ini Sebagai Gantinya

Keberadaan AI memang membantu mempermudah banyak hal, terlebih lagi persoalan membangun Skripsi. Tetapi, mengkonsumsinya secara utuh justru mendatangkan masalah baru.

Ada banyak saran yang dapat dijabarkan, untuk menghadapi itu dan mulai beradaptasi dengan AI. Sebagai ganti dari persoalan yang dibahas di atas, ada beberapa saran yang mungkin berguna.

#1. Gunakan Wikipedia Untuk Membangun Opini

Semua orang tahu, bahwa permainan sudah berubah. Tetapi jangan salah sangka. Permainan yang dimaksud itu, adalah cara kita memainkannya, bukan permainan itu sendiri.

Saya yakin, banyak orang mengenal Wikipedia (termasuk Anda), dan perkembangannya hingga saat ini masih tetap eksis.

Orang-orang dulu, menggunakan Wikipedia untuk memahami konteks, situasi, terminologi, atau sejarah, untuk membangun opini. Tetapi karena Wikipedia menyediakan informasi yang lengkap, terkadang orang-orang salah dalam memainkannya, menyalin seluruh teksnya dan menjadikannya satu naskah ilmiah. KELIRU!

Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa "Cara bermain kini berubah".

Wikipedia menyediakan informasi yang mendalam dan jelas. Hirarkinya mengandung makna yang hampir seluruhnya "Daging". Inilah yang semestinya dikembangkan, dan menjadi sesuatu yang baru.

Anda mungkin sedikit terbantu untuk menghasilkan narasi tentang teopik tertentu, dengan hirarki Wikipedia.

Daftar Isi Wikipedia

Konten hirarki yang dihasilkan mereka lengkap. Ini cocok dijadikan sebagai langkah awal, untuk menemukan dan mengembangkan argumen.

#2. Gunakan AI untuk Menyerap Bahasa Ilmiah

Apakah Anda percaya, paragraf yang dihasilkan dari AI cenderung lebih baku? Dalam beberapa percobaan, saya menikmati itu. Paragraf yang dihasilkan justru terkadang lebih baik dari apa yang dipikirkan (meski tidak selalu begitu).

Gunakan AI hanya untuk menyerap bahasa ilmiah yang dihasilkannya, bukan menyalinnya secara utuh. Struktur penyampaian AI cenderung lebih terorganisir, dan layak untuk dikembangkan.

Bahkan saat Saya tidak memintanya, ia memastikan untuk menghasilkan sesuatu yang sistematis:

Gaya Bahasa AI

#3. Gunakan Struktur Penyampaian dari AI untuk Skripsi

AI seperti ChatGPT mungkin sudah lebih modern dan mengalami banyak pembaruan. Bahkan, jika Anda berhasil melatih AI seperti ChatGPT, ia akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Struktur Penyampaian AI

Paragraf yang dihasilkananya, justru lebih mudah untuk dibaca. Tetapi, Anda harus tahu hal yang satu ini:

Semakin banyak yang Anda minta dalam Chat, semakin besar kemungkinan informasi itu KELIRU.

Disinilah letak perubahan permainannya. Dalam penggunaannya, mengambil gaya penyampaiannya mungkin bisa dilakukan, alih-alih menyalin secara utuh.

Sebaiknya, baca paragraf demi paragraf, memahaminya, dan membuatnya menjadi sesuatu yang baru dengan intonasi yang serupa.

AI seperti ChatGPT tidak buruk, dan bukan berarti Saya ANTI AI. Hanya saja, mereka yang mengatakannya sendiri:

ChatGPT Dapat Membuat Kesalahan

Penutup

Pada akhirnya, ChatGPT memang mampu membantu kita dalam proses menulis, namun bukan berarti ia bisa dijadikan jalan pintas dalam menyelesaikan skripsi. Hasil yang dihasilkan AI kerap dipenuhi kalimat pasif, terlalu banyak list, dan cenderung ringkas tanpa kedalaman analisis. Sementara itu, sebuah skripsi justru menuntut orisinalitas, argumentasi yang kuat, serta kemampuan berpikir kritis penulisnya.

Alih-alih menyalin mentah-mentah hasil dari ChatGPT, gunakanlah AI sebagai alat bantu: menyerap gaya bahasa ilmiah, mempelajari struktur penyampaian, atau sekadar memperluas sudut pandang. Tugas sebagai akademisi adalah mengolah, mengkritisi, dan mengembangkannya menjadi karya ilmiah yang otentik.

Ingat, skripsi bukan hanya tentang memenuhi kewajiban akademik, melainkan juga tentang melatih cara berpikir, meneliti, dan menulis secara bertanggung jawab. Jangan biarkan diri Anda terjebak pada godaan instan. Gunakan teknologi dengan cerdas, namun tetap jadilah pemilik utama atas narasi, serta karya ilmiah Anda.

Reza Noprial Lubis
Seorang praktisi pendidikan Islam yang aktif sebagai dosen. Kadang ceramah, kadang menulis, kadang meneliti. Tetapi paling sering BERIMAJINASI.
Comments
Silahkan tuliskan yang ingin ditanyakan.